Sebuah buku yang
ditulis oleh dua orang Mason, Christopher Knight dan Robert Lomas, yang
berjudul the Hiram Key mengungkapkan beberapa fakta penting tentang akar
Freemasonry. Menurut para penulis ini, jelas sekali bahwa Masonry adalah
kesinambungan dari para Templar. Namun,
selain itu para penulis juga mengkaji asal usul para Templar.
Menurut tesis
mereka, para Templar mengalami perubahan besar ketika mereka berada di
Yerusalem. Di tempat asal agama Kristen ini, mereka justru mengadopsi
doktrin-doktrin lain. Pada akarnya terdapat sebuah rahasia yang mereka temukan
di dalam kuil Sulaiman di Yerusalem, yang reruntuhannya mereka selidiki. Para
penulis menjelaskan bahwa para Templar berdalih dengan peranan mereka yang diakui
sebagai pelindung peziarah Kristen yang mengunjungi Palestina, tetapi tujuan
mereka yang sebenarnya sangat berbeda:
Tidak ada bukti bahwa para Templar pendiri ini pernah memberi perlindungan
kepada peziarah, tetapi sementara itu kita segera menemukan bahwa terdapat
bukti yang meyakinkan bahwa mereka memang melakukan penggalian yang intensif di
bawah reruntuhan Kuil Herod….12
Para penulis Kunci
Hiram bukanlah satu-satunya yang menemukan bukti tentang ini. Sejarawan
Prancis, Gaetan Delaforge membuat pernyataan yang sama:
Tugas sebenarnya dari sembilan ksatria itu adalah melakukan penyelidikan di
daerah tersebut untuk mendapatkan berbagai barang peninggalan dan naskah yang
berisi intisari dari tradisi-tradisi rahasia Yahudi dan Mesir kuno.13
Pada akhir abad kesembilan belas, Charles Wilson dari Royal Engineers mulai
melakukan riset arkeologis di Yerusalem. Dia sampai kepada pendapat bahwa para
Templar telah mendatangi Yerusalem untuk mempelajari reruntuhan kuil tersebut.
Wilson menemukan jejak-jejak penggalian dan ekskavasi di bawah pondasi kuil
tersebut, dan menyimpulkan bahwa hal ini dilakukan dengan peralatan milik para
Templar. Barang-barang ini masih ada di dalam koleksi Robert Brydon, yang
memunyai arsip yang sangat luas tentang informasi mengenai para Templar.14
Para penulis The
Hiram Key berpendapat bahwa penggalian-penggalian para Templar ini bukannya
tanpa hasil; karena di Yerusalem ordo tersebut menemukan berbagai peninggalan
tertentu yang mengubah cara mereka memandang dunia. Selain itu, banyak peneliti
berpendapat serupa. Mestilah ada sesuatu yang menuntun para Templar, walau pada
faktanya mereka sebelumnya adalah pengikut Kristen dan datang dari bagian dunia
Kristen, untuk mengadopsi suatu sistem keimanan dan filsafat yang sepenuhnya
berbeda dari agama Kristen, merayakan misa-misa bidah, dan melakukan berbagai
upacara sihir.
Menurut
pandangan umum dari banyak peneliti, “sesuatu” itu adalah Kabbalah (Qabbala).
Arti kata
Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai ensiklopedia dan kamus mendefinisikannya
sebagai suatu cabang mistik agama Yahudi dan hanya dipahami sedikit orang.
Menurut definisi ini, Kabbalah mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan
naskah agama Yahudi. Tetapi, ketika kita mengkaji masalah ini lebih dekat, kita
menemukan berbagai faktanya adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.
Fakta-fakta ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa Kabbalah adalah suatu
sistem yang berakar kepada penyembahan dan pemujaan berhala; bahwa ia ada
sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas bersama agama Yahudi setelah Taurat
diturunkan.
Fakta yang
menarik tentang Kabbalah ini dijelaskan oleh sumber yang sama menariknya. Murat
Ozgen, seorang Freemason Turki, menulis sebagai berikut ini di dalam bukunya,
Masonluk Nedir ver Nasildir? (Apa dan Seperti Apa Freemasonry Itu?):
Kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana Kabbalah datang atau bagaimana
ia berkembang. Ia adalah nama umum untuk sebuah filsafat yang unik, berbentuk
metafisik, esoterik, dan mistik, yang terutama berhubungan dengan agama Yahudi.
Ia diterima sebagai ilmu kebatinan Yahudi, tetapi sebagian elemen yang
dikandungnya menunjukkan bahwa ia terbentuk jauh lebih dahulu dari Taurat.15
Ahli sejarah Prancis, Gougenot des Mousseaux, menjelaskan bahwa Kabbalah
memang jauh lebih tua daripada agama Yahudi.16
Ahli sejarah Yahudi, Theodore Reinach, mengatakan bahwa
Kabbalah merupakan “suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi
agama Yahudi.” 17 Solomon Reinach mendefinisikan Kabbalah sebagai “salah satu
penyimpangan pikiran manusia yang terburuk”.18
Alasan Reinach
menyatakan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran manusia yang
terburuk” adalah karena doktrinnya sebagian besar berhubungan dengan ilmu
sihir. Selama ribuan tahun, Kabbalah telah menjadi salah satu batu pondasi bagi
setiap jenis upacara sihir. Para rabbi yang mempelajari Kabbalah dipercaya
memiliki kekuatan gaib yang besar. Juga, banyak non-Yahudi yang telah
terpengaruh dengan Kabbalah, dan mencoba memraktikkan ilmu sihir dengan
menggunakan doktrin-doktrinnya. Kecenderungan esoterik yang terjadi di Eropa
selama akhir Abad Pertengahan, khususnya sebagaimana yang dipraktikkan oleh
para ahli alkimia, sangat banyak yang berakar dari Kabbalah.
Hal ini sungguh
aneh, jika kita memandang Yahudi sebagai sebuah agama Monoteistik, yang diawali
dengan turunnya Taurat kepada Musa a.s. Kenyataannya, di dalam agama ini ada
sebentuk sistem yang disebut Kabbalah, yang mengadopsi praktik-praktik dasar
sihir yang dilarang oleh agama. Hal ini memperkuat apa yang telah disebutkan
sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah sebenarnya merupakan elemen yang
menyusup ke dalam agama Yahudi dari luar.
Tetapi, apa
sumber dari elemen ini?
Ahli sejarah Yahudi Fabre d'Olivet menyebutkan bahwa Kabbalah berasal dari
Mesir Kuno. Menurut penulis ini, Kabbalah mengakar hingga ke Mesir Kuno.
Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani
Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari
generasi ke generasi.19
Karena itulah,
kita harus menengok ke Mesir Kuno untuk menemukan sumber utama dari rantai
Kabbalah-Templar- Freemasonry ini.